Tabanan – Musim kemarau diselingi hujan patut diwaspadai oleh para petani kakao. Sebab, musim seperti ini rentan dengan meningkatnya organisme pengganggu tanaman (OPT) karena tanah yang cenderung lembab.
Ada dua OPT yang harus diwaspadai para petani kakao yakni hama penggerek buah dan serangan buah busuk. Serangan dua hama itu bisa menganggu produktivitas.
Risiko ini diungkapkan Penyuluh Tingkat Muda Dinas Pertanian (Distan) Tabanan, I Ketut Yuli Aryani, Selasa (9/7/2024). “Biasanya April hingga September ini adalah musim kemarau. Tapi justru berbalik, kemarau diselingi hujan. Ini yang harus diwaspadai,” ujarnya.
Karena itu, pihaknya mengimbau petani agar lebih waspada terhadap serangan OPT. Karena potensi terjadinya cukup tinggi di musim kemarau diselingi hujan.
“Hasil koordinasi dengan petugas pengendali tiap kecamatan, memang belum ada laporan petani yang terserang hama sampai merugi. Ada hama namun masih bisa diatasi secara mandiri,” ungkapnya.
Di saat yang sama, ia juga berpesan bila ada serangan OPT dengan intensitas berat untuk melaporkannya ke Dinas Pertanian Tabanan. Laporan ini nantinya akan diteruskan ke UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (BPTPH) Bali yang akan mendampingi proses penanggulangan.
Sejatinya, antisipasi OPT bisa dilakukan dengan mudah oleh petani yakni dengan melakukan beberapa langkah kecil. Di antaranya melakukan pemangkasan tanaman, memotong dan menanam buah-buah yang busuk, serta pemupukan untuk menjaga produktivitas.
“Namun selama ini upaya pencegahan tersebut kurang optimal dilakukan oleh petani kakao. Biasanya petani baru melakukan perawatan tanaman ketika harga panen mahal. Sedangkan ketika harga turun cenderung membiarkan tanaman kakao,” ujarnya.
Berdasarkan data Distan Tabanan Triwulan IV 2023, luas tanam kakao di Tabanan mencapai 4.530 hektar. Luas tersebut tersebar di sepuluh kecamatan.
Persebarannya meliputi Kecamatan Tabanan dengan luas mencapai 55 hektar, Selemadeg Barat mencapai 1,403 hektar, Selemadeg 529 hektar, Selemadeg Timur mencapai 500 hektar.
Selanjutnya Kecamatan Pupuan mencapai 918 hektar, Penebel mencapai 935 hektar, Kerambitan 61 hektar, Baturiti 72 hektar, Kediri tiga hektar, dan di Kecamatan Marga sebesar 155 hektar. (!)